Di atas kertas, spesifikasi Compact
Hatchback asal Korea ini tidak diunggulkan untuk melewati parameter
slalom yang kami buat. Postur besar ditambah wheelbase 2.570 mm menjadi
kendala utamanya untuk menciptakan sebuah Compact Hatchback yang lincah.
Belum lagi penerapan pelek alloy 14 inci sehingga perlu dipadu dengan ban berprofil 70. Berarti, akurasi kemudi tidak sebaik para rivalnya. Kondisi ini membuat Grand Avega menjadi satu-satunya kontestan yang menggunakan pelek terkecil di kelasnya.
Harapan terbesar Grand Avega hanyalah performa mesin Gamma 1.398 cc yang mampu menghasilkan 108 dk dan torsi sebesar 136 Nm. Dengan data ini, berarti ia hanya berselisih 1 dk dari Toyota Yaris yang memiliki kapasitas mesin lebih besar 100 cc. Tapi lagi-lagi, performa maksimal tersebut diraih di putaran yang cukup tinggi, yakni 6.200 rpm untuk tenaga dan 5.000 rpm untuk torsi maksimal.
Hal ini pun terbukti. Grand Avega berada di posisi buncit untuk menghadapi parameter slalom yang kami buat. Waktu terbaiknya hanya 23,96 detik atau berselisih hingga 1,65 detik dari Toyota Yaris.
Transfer tenaga menjadi halangan berikutnya untuk dapat memperoleh hasil yang baik. Meski telah dilengkapi mode manual (shiftronic), ia tetap tak mampu menghantarkan tenaga dengan optimal. Namun hal ini terbayar dengan data konsumsi bbm yang tergolong irit, yakni 17,2 km/l untuk rute tol dan 10,3 km/l di dalam kota.
Belum lagi saat berbicara kenyamanan Grand Avega. Kerugian dalam hal kelincahan, dibayar tuntas dengan redaman dari suspensi dan profil ban, ditambah dengan kabin yang cukup lapang. Ruang penyimpanan barang pun cukup lega.
Tapi paling menarik adalah soal harga. Dengan angka Rp 169,8 juta, membuat Grand Avega memiliki daya tarik yang tinggi. Model gres dengan kualitas material baik, membuat Grand Avega menjadi penantang kuat di kelas ini. Mampukah ia menjadi yang terbaik? Dengan bersaing dengan city car lainnya, maka Grand Avega paling murah harganya tetapi konsumen mendapatkan value yang lebih dengan harga tersebut. Anda tidak akan rugi mengendarainya. Tunggu apa lagi..
Belum lagi penerapan pelek alloy 14 inci sehingga perlu dipadu dengan ban berprofil 70. Berarti, akurasi kemudi tidak sebaik para rivalnya. Kondisi ini membuat Grand Avega menjadi satu-satunya kontestan yang menggunakan pelek terkecil di kelasnya.
Harapan terbesar Grand Avega hanyalah performa mesin Gamma 1.398 cc yang mampu menghasilkan 108 dk dan torsi sebesar 136 Nm. Dengan data ini, berarti ia hanya berselisih 1 dk dari Toyota Yaris yang memiliki kapasitas mesin lebih besar 100 cc. Tapi lagi-lagi, performa maksimal tersebut diraih di putaran yang cukup tinggi, yakni 6.200 rpm untuk tenaga dan 5.000 rpm untuk torsi maksimal.
Hal ini pun terbukti. Grand Avega berada di posisi buncit untuk menghadapi parameter slalom yang kami buat. Waktu terbaiknya hanya 23,96 detik atau berselisih hingga 1,65 detik dari Toyota Yaris.
Transfer tenaga menjadi halangan berikutnya untuk dapat memperoleh hasil yang baik. Meski telah dilengkapi mode manual (shiftronic), ia tetap tak mampu menghantarkan tenaga dengan optimal. Namun hal ini terbayar dengan data konsumsi bbm yang tergolong irit, yakni 17,2 km/l untuk rute tol dan 10,3 km/l di dalam kota.
Belum lagi saat berbicara kenyamanan Grand Avega. Kerugian dalam hal kelincahan, dibayar tuntas dengan redaman dari suspensi dan profil ban, ditambah dengan kabin yang cukup lapang. Ruang penyimpanan barang pun cukup lega.
Tapi paling menarik adalah soal harga. Dengan angka Rp 169,8 juta, membuat Grand Avega memiliki daya tarik yang tinggi. Model gres dengan kualitas material baik, membuat Grand Avega menjadi penantang kuat di kelas ini. Mampukah ia menjadi yang terbaik? Dengan bersaing dengan city car lainnya, maka Grand Avega paling murah harganya tetapi konsumen mendapatkan value yang lebih dengan harga tersebut. Anda tidak akan rugi mengendarainya. Tunggu apa lagi..
0 Comments
